BUDIDAYA TEMBAKAU
Khasanah pertanian nusantara tak bisa tidak memperhitungkan sektor perkebunan tembakau. Harga tembakau yang sangat menjanjikan menjadi salah satu alasan petani dalam negeri yang memilih berbudidaya tanaman tembakau. Bahkan untuk jenis-jenis tembakau tertentu seperti tembakau Deli dan Jember, memiliki harga yang sangat mahal di pasaran Eropa karena tembakau ini digunakan sebagai bahan untuk deckblad dan omblad dari cerutu.
Perkebunan tembakau juga merupakan usaha padat karya. Meskipun luas areal perkebunan tembakau di Indonesia diperkirakan hanya sekitar 207.020 hektar, jika dibandingkan dengan pertanian padi, tembakau memerlukan tenaga kerja hampir tiga kali lipat. Kondisi tersebut tentu dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh para petani untuk menanam tembakau.
Kedudukan tembakau bagi petani di antara komoditi pertanian lainnya mungkin bukan yang paling menguntungkan. Tapi tembakau selalu menjadi komoditi yang paling diandalkan di wiayah-wilayah di mana tembakau ditanam.
Pola tanam pertanian secara umum dibedakan tiga musim. Pertama, musim ketigo (bulan Mei s/d Oktober) yaitu waktu tanam pada musim kemarau. Pada musim ini, saat tepat untuk menanam tembakau karena pada musim kemarau mutu hasil tembakau dianggap lebih baik.
Kedua, musim laboh (bulan Oktober s/d November) adalah musim tanam palawija (jagung dan kacang hijau), karena musim ini dianggap waktu transisi antara musim kemarau ke musim hujan, dimana curah hujan baru dimulai sedikit. Ketiga, musim rendeng (bulan Desember/d Mei) adalah musim penghujan yang cocok untuk tanam padi karena pada musim ini curah hujan cukup tinggi. Tanaman padi umumnya membutuhkan pengairan yang cukup baik.
Keterampilan bercocok tanam tembakau menjadi kunci harga jual tembakau. Secara garis besar, tahapan bertanam tembakau adalah sebagai berikut:
- Persiapan lahan. Pada tahap ini tanah dibersihkan dari rumput atau jerami. Beberapa petani melakukan penyemaian bibit sendiri (deder). Namun, kebanyakan petani membeli bibit yang telah disemai atau memperoleh dari proyek.
- Pengolahan lahan. Lahan untuk tembakau disiapkan dengan cara dicangkul kurang lebih 2 minggu, tergantung luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan;
- Pembuatan guludan. Lahan yang telah diolah tersebut dibuat lubang-lubang (koak) untuk penempatan dan tumbuhnya bibit tembakau dengan jarak tertentu. Sebagian petani juga memberikan pupuk kandang pada lubang-lubang tersebut untuk menyuburkan tanahnya.
- Pemindahkan bibit. Bibit tanaman tembakau dipindahkan dari bedeng pembibitan ke lahan penanaman, tepat di atas lubang-lubang yang telah dibuat sebelumnya. Agar tanah dalam lubang gembur dan baik untuk berkembangnya akar bibit tembakau, maka terlebih dulu tanah dipukul-pukul dengan tongkat kayu/batang cangkul (gejigi), baru kemudian bibit ditanam.
- Waktu penanaman. Waktu yang tepat untuk menanam adalah sore hari (setelah jam 14.00). Jarak tanam tembakau disesuaikan kesuburuan tanah dan jenis tembakau. Jumlah tanaman tembakau sekitar 16.000 batang per ha untuk jenis tembakau virginia. Untuk jenis tembakau jawa yang dioven jumlah tembakau yang ditanam lebih sedikit yaitu sekitar 13.000 per ha.
- Pemeliharaan tanaman tembakau. Kegiatan masa pemeliharaan terdiri dari penyiraman (nyiram), penyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak sehat (umur 10-15 hari), menyiangi gulma (bubut), menggemburkan tanah di sekitar tanaman tembakau (dangir). Dalam kegiatan pemeliharaan ini juga termasuk mengambil ulat-ulat yang mungkin ada pada daun tembakau. Kegiatan lain yang tidak kalah penting adalah pemupukan (nggaram) dengan pupuk kimia seperti jenis pupuk ZA, TSP, NPK dan Urea. Pemeliharaan tembakau layaknya “memelihara bayi” karena perawatannya yang terus-menerus dari tanaman hingga saat panen. Meski daun subur jika dimakan ulat kualtas tembakau sudah turun. Perawatan tembakau dari hama menggunakan larutan pestisida. Setiap 1 (satu) hektar luas lahan membutuhkan 300 – 400 liter larutan.
- Pemangkasan (toping). Pemeliharaan tembakau yang cukup penting lainnya adalah pemangkasan tunas baru. Tujuan toping adalah untuk mempercepat dan pemeratan tembakau tua (masak) kekuning-kuningan dan mempertebal daun.
- Pemetikan (panen). Daun tembakau dipetik saat daun cukup tua (masak). Ciri-ciri daun tembakau yang masak adalah cukup tua dan totol-totol berwarna hijau kekuningan.Jumlah daun tembakau mencapai 18 – 28 lembar per pohon. Tiap tingkatan daun tembakau mempunyai kualitas tersendiri. Tanaman tembakau mulai dapat dipanen dengan cara memetik daun (mretesi) daun tembakau mulai dari bawah daun pasir sekitar 2- 4 lembar, daun kaki sebanyak 4 – 6 lembar, daun tengah sebanyak 6 – 8 lembar, daun atas sebanyak 4 – 6 lembar dan daun pucuk sebanyak 2 – 4 lembar
- Pengolahan hasil. Pola penanganan daun tembakau pascapanen dilakukan dengan dua cara. Pertama, setelah daun tembakau dipanen, maka daun tembakau disatukan dengan sebilah bambu yang ditusukkan satu persatu seperti layaknya membuat sate (congok). Penanganan seperti ini biasanya dilakukan untuk penjualan daun tembakau dalam kondisi basah. Daun tembakau yang sudah di congok dimaksudkan agar mudah dilakukan proses pengeringan dalam oven atau omprong. Kedua, setelah daun tembakau dipanen dilakukan pengirisan (rajangan), lalu hasil rajangan digelar di atas nampan bambu (widik) untuk dilakukan proses penjemuran (mepe). Setelah daun tembakau kering kemudian dibungkus dalam keranjang yang terbuat dari pelepah batang pisang (gedebog) yang sudah dikeringkan (keranjang) lalu dimasukkan ke dalam bakul bambu yang lebih kukuh, baru dijual atau diambil oleh pembeli. Pengemasan itu dimaksudkan untuk menjaga mutu dan kelembaban dari rajangan daun tembakau itu sendiri.